Konektivitas merupakan tulang punggung pembangunan ekonomi, keamanan, dan inovasi saat ini; namun, Indonesia mewakili paradoks yang unik: ekonomi digital yang berkembang pesat senilai USD 130 miliar pada tahun 2025 di satu sisi, dan lebih dari 73 juta orang masih belum memiliki akses internet di sisi lain. Kondisi geografis Indonesia membuat infrastruktur terestrial tradisional menjadi tidak praktis dan mahal untuk digunakan. Komunikasi satelit, terutama arsitektur multi-orbit yang menggabungkan jaringan GEO dan LEO, muncul sebagai solusi yang paling terukur, tangguh, dan inklusif. Oleh karena itu, kerangka kerja regulasi Indonesia secara bertahap berevolusi untuk mengakomodasi teknologi satelit generasi berikutnya seperti LEO. Strategi nasional semakin selaras dengan tujuan transformasi digital, menyiapkan panggung untuk konektivitas yang lebih luas di daerah yang kurang terlayani. Baru-baru ini, pada Forum Bisnis Prancis-Indonesia, sebagai bagian dari delegasi Prancis yang difasilitasi oleh Business France, IEC Telecom terlibat dalam diskusi tingkat tinggi dengan para pemangku kepentingan setempat untuk mengeksplorasi jalur untuk mempercepat inklusi digital di seluruh nusantara. Rasi bintang LEO seperti Starlink yang membawa kecepatan seperti LTE ke kapal dan fasilitas terpencil di pedalaman, lanskap komunikasi berkembang dan solusi semacam itu semakin menggantikan atau menambah jaringan GSM. Bagi Indonesia, hal ini merupakan fondasi bagi tata kelola pemerintahan yang siap menghadapi masa depan, partisipasi ekonomi yang merata, dan ketahanan nasional. Baca lebih lanjut tentang sistem hibrida dan platform manajemen jaringan yang mengoptimalkan lingkungan konektivitas dalam publikasi terbaru oleh Antoine Veillon, Group CEO di IEC Telecom, untuk Satellite Evolution Group.